Setelah lulus dari universitas aku bekerja di salah satu perusahaan swasta terkemuka di jakarta, meniti karir sebagai eksekutif muda yang merupakan impian banyak orang sekarang ini.
Semua berjalan normal sampai sautu hari, kedua orang tua aku yang sudah berusia senja menyuruhku menikah dengan salah seorang anak dari kerbat mereka. Pernah terlintas di kepalaku untuk tidak menuruti kemauan keuda orang tauaku, tetapi apa lagi yang bisa kuperbuat untuk mereka selain mejalani pernikahan tanpa adanya hubungan rasa cinta sebelumnya.
Namaku *****, karena merupakan anak satu-satunya, kedua orang tuaku sangat ingin cepat-cepat memiliki cucu dariku.
Wanita itu namanya Nadya, dia seumuran denganku dia juga bekerja di salah satu perusahaan swasta sebagai general manager. Hari pernikahan kami berjalan lancar, yang kami berdua lakukan hanya tersenyum dan melambaikan tangan saja sepanjang hari, tidak seperti pasangan lainnya yang sangat antusias dengan perkawinan kami berdua atau mungkin saya lebih tepatnya malah seolah-oleh tidak peduli dengan apa yang terjadi dengan apa yang terjadi hari itu.
Malam pertama kami bisa di bilang sangat aneh, tak ada hiasan pengantin, suasana yang harusnya romantis berubah menjadi sekaku es. Sepanjang malam tidak ada satupun dari kami yang memutuskan untuk membuka pembicaraan terlebih dahulu. Matahari mulai menampakan diri di ufuk timur, kuputuskan untuk keluar dari kamar ku untuk membuat secangkir kopi di dapur. Setengah jam sudah dan kopi di cangkirku hampir habis.
"gue ke kantor dulu, pulangnya mungkin agak kemaleman" Ujar Nadia sambil mengenakan sepatu di ruang tengah.
Kata-katanya tidak dapat ku hiraukan, seakan terbawa dalam lamunan banyak hal yang menghantui pikiranku, suara pintu depan kemudian menyadarkanku bahwa wanita yang menyapaku tadi adalah istriku. Waktu terasa begitu lambat berjalan, setelah semua pekerjaanku di kantor selesai kuputuskan untuk pulang dan beristirahat. Setibanya di rumah keadaan sepertinya masih lama seperti dulu saat aku masih membujang, tidak ada yang berubah,.... tiba tiba.
"Udah pulang kamu?" tanya dia diiringi dengan senyum
"Sorry yah tadi gue enggak sempet masak, kita delivery aja yah" sambungnya.
Tanpa berkata satu katapun aku berjalan pergi meninggalkannya, seperti belum yakin kalau semua ini sudah terjadi. Setelah mandi ku nyalakan televisi, tidak lama setelah itu terdengar bunyi bel dari pintu depan, ternyata kedua orang tua kami datang berkunjung.
"eh, kok nggak bilang kalau mau dateng?" tanya Nadia kepada kedua orangtua kan sambil menggandeng tanganku,
Tangan Nadia terasa dingin, mungkin karena dia baru selesai mandi dan sepertinya Nadia belum memakai daleman. Kedua buah dadanya menjepit lenganku, dan enta sengaja atau tidak Nadia mulai mengosokan kedua buah dadanya naik turun, sebenarnya kejadian itu sangat aku nikmati namun karena memang pada dasarnya kami tidak memiliki rasa cinta, jadi aku memutuskan untuk bersikap normal.
Kunjungan kedua orang tua kami berakhir pukul 23.30 malam, kejadian tadi membuatku bingung harus bersikap seperti apa. Seumur hidup baru pernah aku diperlakukan seperti tadi, bisa saja kejadian tadi kunikmati, tetapi Nadia bukanlah wanita yang kucintai.
Yang anehnya lagi, hingga kedua orang tua kami pulang Nadia tetap menggandeng tanganku, seakan tidak ingin dilepaskannya. Tidak ingin terus dalam keadaan yang membuatku seperti orang bodoh itu, kulepaskan tanganku dari dekapannya dan pergi ke ruang kerjaku.
Langkah kakiku menuju ruang kerja terasa semakin berat, Nadia sebenarnya hanya ingin memulai sesuatu yang baik, tetapi mungkin aku terlalu serius menanggapinya Saat pekerjaan kantorku hampir selesai Nadia datang menghampiriku
"masih marah ya?, maaf deh lain kali gue bakal ngasih tau lo dulu kalo gue mau berimprovisasi" suara Nadia terdengar pelan penuh penyesalan,
"Nggak, gue nggak marah.. gue cuma bingung aja tadi, mau nanggepinnya gimana" balasku, perlahan mulai ku sadari bahwa tidak ada jalan keluar lain selain membicarakan semua masalah dengan baik-baik
"ya udah, kalo gitu gue tidur duluan yah.."sambung Nadia dengan senyum manis di wajahnya.
Untuk ukuran kecantikan, Nadia termasuk wanita yang cantik dan menawan, sebagai wanita karir yang selalu mementingkan penampilan, Nadia sebenarnya sangat sexy. Walaupun orangnya perfectionis Nadia tetap bisa membagi diri agar tetap bisa jadi orang yang asik, contohnya di kantor dia selalu berusaha terlihat berwibawa dan selalu rapih sedangkan di rumah dia sering hanya memakai celana jeans pendek dan baju tanpa lengan.
Selain itu Nadia sebenarnya orang yang mudah mencairkan suasana dan nyambung jika diajak bercerita tetapi karena pada dasarnya belum memiliki rasa sayang jadi masih sangat sungkan bagiku untuk melakukan sesuatu padanya.
Malam itu sofa di ruang tv menjadi tepat tidurku, sengaja kubiarkan Nadia tidur sendiri di kamar karena masih ada sesuatu yang mengganjal dalam diriku. Keesokan harinya Nadia bangun lebih dulu, segera ia menuju ruang tv dan melihatku yang sedang tidur
"loh, nggak tidur di dalem? Entar masuk angin loh" suara Nadia terdengar di pagi hari saat ku coba untuk mengumpulkan nyawa.
"nggak apa-apa,.......kalo gue tidur ama lo, entar kesannya gimana gitu" kataku sambil mengusap mata
"gue buatin kopi mau nggak?" tanya Nadia
"nggak, gak usah gue bisa buat sendiri kok" jiwaku
"udah, nih..." ujar Nadia sambil menyodorkan secangkir kopi kepadaku, setelah itu dia duduk tepat disampingku, sangat dekat hingga paha kami berdua bersentuhan. Pagi itu Nadia menggunakan hotpants dan baju kaos oblong yang kebesaran, membuatnya semakin terlihat sexy.
"nggak ngantor?" tanyaku basa-basi, jantungku berdetak kencang saat selesai bertanya dia menaruh tangannya di pahaku, dan menatapku dengan matanya yang indah,
"jam sembilan lewat dikit baru gue berangkat, kamu?" tanya Nadia balik.
"sama, gue juga...... kita berangkat bareng mau nggak?" Balasku
"Siap diperintahkan" Jawab Nadia sambil tertawa,
Waktu sebelum berangkat ke kantor itu kami gunakan untuk bercanda dan saling mengenal lebih dekat lagi. Hari itu terasa sangat singkat, tugas-tugas di kantor terasa lebih ringan mungkin karena suasana hatiku yang sedang senang. Sepulang kantor kujemput Nadia di kantornya kemudian kami makan malam di sebuah restoran dekat rumah kami, setelah itu kami pulang.
Sesampainya di rumah, kuputuskan untuk mandi dan langsung menonton tv. Jam menunjukan pukul 21.00 tetapi mataku sudah terasa berat, sambil menahan rasa kantuk kulangkah-kan kakiku menuju kamar, segera pintu kamar kubuka sedikit dan hendak masuk kedalamnya tetapi langkahku tertahan oleh sebuah pemandangan yang baru pertama kali ku lihat seumur hidup, lemari baju Nadia terbuka, Nadia sedang sibuk mencari-cari bajunya dalam keadaan topless dan hanya memakai celana jeans pendek. Refleks langsung kututup pintu itu sembari meminta maaf.
Walaupun beberapa detik tadi sangat kunikmati, melihat kedua buah dada Nadia yang lumayan besar dihadapan mataku, sangat ranum dan bentuknya pun bulat sempurna juga kencang, tapi kembali lagi rasa bersalah memenuhi kepalaku hingga membuatku lupa bahwa itu adalah hal yang wajar bagi suami istri.
"Dia, sorry gue mau ngambil bantal, gue nggak ngintip kok" ujarku dari luar kamar, memang terdengar sangat bodoh jika ada seorang suami yang meminta maaf saat melihat istrinya telanjang, tetapi itulah yang terjadi padaku sekarang ini
"nggak apa-apa masuk aja...." sahut Nadia dari dalam kamar
Dengan menggunakan tangan kiri, kututup mataku sedangkan tangan kananku meraba-raba permukaan tempat tidur untuk mencari bantal
"udah, tanganya dilepas aja, matanya dibuka" suara Nadia terdengar sambil mencolek pinggangku
“Maaf, gue bukan mau ngintip tadi, gue bener-bener nggak sengaja” ujarku sedikit malu-malu.
"nyantai aja lagi, gue yang di intip kok lo yang panik.......gue juga baru pertama kali diintipin cowok" balas Nadia sambil tertawa.
"eh, nggak pegel apa tidur di sofa? Enakan tidur di sini bareng gue..." sambung Nadia sambil menepuk tempat tidur.
"udah, cepetan tvnya di matiin dulu" lanjut wanita itu sambil sedikit mendorongku,
Setelah tv ku matikan, terus langkahku kuarahkan kembali ke kamar. Di kamar Nadia sudah berada di atas tempat tidur, kakinya yang jenjang dan putih membuat suasana hatiku tak-karuan. Sikap Nadia yang sangat baik padaku membuatku mulai menikmati perjodohan ini dan sedikit membuka hatiku bagi wanita ini.
"Sini" ujar Nadia sambil membetulkan posisi bantal yang berada di sampingnya
Kurebahkan tubuhku tepat disampingnya dan langsung kupejamkan mataku, berharap tidak terjadi hal-hal yang aneh malam itu.
"lo masih punya pacar yah waktu kita nikah" kucoba untuk membuka mataku pelan-pelan, kutatap wajahnya yang kini sangat dekat denganku, posisi tubuh Nadia sudah menindih sebagian tubuhku
"nggak,, emang napa?" tanyaku balik
"penasaran aja, abisnya lo dingin banget..serem tau" jawab ida sambil tersenyum kecil
"gue cuman kaget aja, keadaan berubah drastis banget" ujarku
"ohh... gue kira lo jeruk makan jeruk lagi..." sambung wanita itu
"ahh....lo kate gue maho?" jawabku bercanda, tangan Nadia perlahan mulai memelukku perutku dan mulai lah dia menutup matanya
"abisss....." cekikik Nadia memenuhi ruangan itu
Karena tidak bisa lagi menahan kantuk akhirnya kami berdua tertidur sampai pagi, hanya tertidur tanpa melakukan sesuatu. Keesokan harinya Nadia bangun terlebih dahulu, sepanjang malam dia memelukku dan tertidur dengan posisi setengah tubuhnya menindih tubuhku, dengan posisi seperti ini kedua buah dadanya menempel pada tubuhku dan kurasakan kehangatan yang beda dari sebelumnya.
"beb,...bangun ih nggak ngantor kamu?" tanya Nadia sambil menjepit hidungku.
"beb?,,, bebek kali?" jawabku bercanda
"iiih tuh kan bercanda lagi, teus maunya dipanggil apa?" tanya Nadia lagi,
"terserah kamu deh..." ujarku sambil mengucek-ngucek mata.
Mulai pagi itu, di kantor hidupku terasa semakin indah. Nadia sangat perhatian padaku dan terus saja mengirimkan SMS yang menanyakan kegiatanku dan lain-lain. Dan mulai pagi itu kehidupan kami mulai berubah seperti pengantin baru pada umumnya.
Sehabis jam kantor, ku arahkan mobilku langsung pulang. Dirumah, Nadia ternyata pulang lebih cepat. Malam itu ida mengenakan baju kaos bola barcelona dengan celana hotpants, baju itu dimodifikasinya hingga bahu sebelah kanannya terlihat keluar dari leher baju bola itu.
"baju bola gue tuh?."tanyaku
"iya..,, emang istri itu nggak boleh pake baju suaminya?" tanya Nadia balik,
"nggak juga sih,,,eh tapi kamu cantik loh kayak gitu" ujarku menggodanya
"udah ah...makan dulu sana....keburu dingin"kata ida sambil menunjuk ke arah ruang makan
Selain cantik, baik hati dan sangat profesional dalam segala hal, Nadia juga jago masak. Sehabis makan, aku segera pergi ke ruang tv menemui Nadia yang sedang asik mencari siaran film-film box office yang biasa diputar di tv saat larut malam.
"duduk sini,...deket gue" suara Nadia terdengar saat kakiku mulai menginjak ruang tv.
Sambil memegang sekaleng minuman dingin, perlahan kutempatkan tubuhku tepat disampingnya. Nadia langsung menarik tanganku dan menggengam jemariku erat-erat. Perasaan ku tidak menentu, sudah lama sekali sejak aku duduk di bangku SMA baru sekarang lagi ada cewek yang begitu dekat denganku seperti ini.
Sebegai laki-laki normal, firasatku mengatakan bahwa ada sesuatu yang ingin dikatakan oleh Nadia tetapi dia masih malu karena sikapku yang masih begitu cuek, kucoba untuk memberi perhatian sedikit untuknya. Kucoba sandarkan tubuhku ke kursi dan benar saja, Nadia langsung menyandarkan kepalanya di bahuku. Ku naikan tanganku sedikit agar Nadia bisa meletakkan kepalanya di dadaku. Tubuh Nadia sangat hangat, kubiarkan tangannya menyusuri pinggangku lalu dipeluknya.
"dia,....kalo mau minta tolong, atau mau ngomong sesuatu, kasih tahu aja...,,, aku siap bantu kok" ujarku untuk memecah suasana.
"kamu masih belum nerima kenyataan kalo kita udah nikah ya?" tanya Nadia pelan,
"dulu sih iya... tapi sekarang udah nggak,...abis kamu baik, cantik lagi" gombal ku
"ih gombal,." Balas Nadia, sambil mencubit pinggangku
"kalo aku sih pasrah aja ama orang tuaku mau di suruh apa juga, yang penting pekerjaanku nggak keganggu" sambung Nadia
"aku mau minta sesuatu sama kamu" lanjut Nadia
"minta apa?" tanyaku
"ehm,,...gimana ngomongnya ya.." jawab Nadia
"udah,. Bilang aja nggak usah malu" Ujarku
"beneran nih, gak apa-apa?.."tanya Nadia
"iya...beneran..,,trus apa?"
"boleh minta cium nggak?" pinta Nadia
"ooh.." langsung kudaratkan bibirku ke pipinya.
“iiihh…bukan di situ, tapi di sini” ujar Nadia sambil menunjuk tajam.
Sebenarnya pada waktu itu, hatiku ingin sekali menciumnya tetapi seumur hidupku, belum ada satupun wanita yang pernah ku cium, gaya pacaranku saat SMA dulu juga paling Cuma gandengan tangan saja, tidak lebih. Oleh karena itu beberapa lama kupikirkan hingga
"kamu nggak mau yah.,, nggak apa-apa deh kalo gitu" ujar Nadia dengan nada sedikit kecewa
"nggak, gue cuma.." perkataanku terhenti
"Cuma apa...?" tanya Nadia
"belum pernah ciuman..." ujarku malu-malu, mukaku semakin merah saat selesai
mengatakannya.
"astaga,.. jadi kalo nanti kita ciuman, itu jadi first kiss lo dong?"
Masih dalam keadaan bingung dan malu, Nadia menganggkat wajahku yang tertunduk malu. Menatapnya dengan penuh rasa cinta.
"gue yang pertama, mau nggak?" tanya Nadia
Perasaan ku seperti melayang-layang diudara. Senang sekali rasanya, memang dulu tidak pernah kuharapkan Nadia yang menjadi First kiss ku, tetapi karena dia begitu baik dan menyenanggakan akhirnya kubiarkan semuanya berjalan seperti air mengalir.
"gue ajarain dulu yah, terus nanti kalo udah bisa, lo bales ya?" pinta dia.
Segera diciumnya kedua bibirku. Bibir Nadia sangat tipis dan hangat, beberapa detik kunikmati bibirnya yang menempel pada bibirku. Tak lama setelah itu, Nadia mulai memagut bibirku dan mulai menjulurkan lidahnya kedalam mulutku.
"dibales dong" ujar Nadia di sela-sela serangannya Kubalas ciumannya dengan cara yang sama seperti yang dia ajarkan.
"mmhhh" hanya itu segelintir suara yang dapat kudengar dari mulut Nadia
Setelah beberapa menit, kulepaskan ciumanku. Nadia tertawa lepas sambil memandangiku.
"nah, bibir lo udah nggak perjaka lagi.,, sapa dulu dong gurunya." Ujar Nadia sambil menepuk dadanya
"Gila juga lo ya,.. master banget deh kayaknya. buka kursus juga yah?" tanyaku
"ya gak lah,... gue juga baru pertama kali praktek nih, yang biasanya cuman gue baca di buku ama di film bf ternyata rasanya dahsyat yah" jawab Nadia
Baru ku tahu kalo Nadia juga baru pertama kali ciuman dengan cowok, mungkin karena sepintas dia orangnya perfectionist jadi cowok-cowok pada sungkan mau jadi pacarnya.
"jadi bibir lo juga udah nggak perawan nih?" candaku.
"apa lagi yang masih perawan?" tanyaku menggodanya "ya semuanya lah..." jawab Nadia sambil menarik bibirku.
"mau dong nyobain...?" candaku "sok atuh,...silahken..." jawab Nadia sambil menarik tanganku mendekati tubuhnya. "sorry,.. gue becanda kok...,," ujarku
"beneran juga nggak apa-apa" sambung Nadia
“nanggung gak sih rasanya kalo cuman gitu-gitu aja” lanjut Nadia memancing ku
"Terus maunya gimana?" tanyaku “nggak ngeti-ngerti juga?” jawab Nadia
"ngomongnya langsung aja, gak usah berbelit-belit bingung gue" sambungku "gue mau dientotin ama lo..beiby" balas Nadia sambil menarik bajuku.
Kurasakan seperti ada yang mencongkel keluar jantungku dengan pisau yang sangat tajam, tak ku sangka sebenarnya selama ini walaupun perbuatanku kepada Nadia sangat kasar, ternyata dia masih memendam hasrat yang begitu dalam padaku.
"yah...,,gue tabu...nggak tau harus gimana duluan" ujarku
"kan ada film Bokep..,, liat dari situ aja bisa kan?" balas ida
"gue coba deh,.."jawabku
0 komentar:
Posting Komentar