Malam semakin dingin, hujan diluar pun semakin lebat, entah berapa lama lagi akan berhenti. Aku masih belum bisa mengerti tindakan apa yang sebenarnya sedang kulakukan ini. Sekarang aku sedang duduk bersama dengan wanita yang bukan istriku, terlebih kita berdua masing-masing hanya terbalut oleh handuk putih saja tanpa pakaian dalam.
Wajauh yang selalu tersenyum padaku, dan menggoda ku dengan sentuhan sentuhannya yang tak terduga, membawaku masuk ke dalam kamar ini dengan begitu mudah. Dan sekarang dia sangat puas memandangi wajahku yang sedang canggung, malu dan kebingungan. Bagaimana bisa dia senyaman ini berada dalam satu ruangan bersama laki laki asing? bahkan sangking gugupnya aku saja semakin tidak sanggup menatap wajahnya.
Sejujurnya aku hanya takut jika sewaktu-waktu aku hilang kendali atas fantasi liarku sebagai seorang lelaki, jika dia tidak menahan dan melarangku kira-kira apa yang akan terjadi ? apakah aku akan berhianat pada istriku?
Ah sial! suhu tubuhku memanas, dan bagian lain dari tubuhku pun sudah berubah ubah terus sedari tadi. Bagaimana ini, aku benar-benar sudah mecapai batas, Makanan ku yang sudah hampir habis membuatku semakin gugup, aku harus bicara apa untuk mengurangi kekikukan ini.
"Pak! bapak kenapa sih dari tadi nunduk aja?" tanya Indah tertawa kecil sambil menikmati makanannya, Astaga suaranya yang manja itu makin membaut fikiranku tidak karuan.
"udah abisin aja makannanya, jangan memandangin orang kayak begitu, saya gak nyaman tahu!" sambungku masih menunduk sambil mengaduk-aduk isi mangkuk yang hampir habisa tanpa melihat wajahnya.
"Kenapa enggak nyaman? aku senenag banget bisa berdua bapak disini, tapi... kayaknya bapak malah gak senang sama aku disini" ucapnya manja dan memanyunkan bibirnya setelah akhir kalimatnya.
Ujian apalagi kah ini, bukankah kata-katanya barusan sama saja dengan pernyataan Aku suka padamu, dia nyaman dengan orang lain! denganku yang bukan suaminya!
Debaran jantungku semakin berpacu cepat, alhasil bagian bawahku semakin tegang dan keras. Oh astaga! sekarang fantasiku sedang bekerja. Aku membayangkan bagaimana bibir mungilnya menyentuh milikku, bagaimana tangan halusnya mengarahkan milikku untuk masuk ke dalam milikinya, bagaimana kalau aku menyentuh bagian tubuhnya yang selalu menggodaku disetiap kesempatan saat itu di lift. ah damn itu! sampah! mungkin itu kata yang tepat menggambarkan diriku saat ini.
Tok tok!
Suara ketukan pintu yang membuyarkan imajinasiku, ah akhirnya aku bisa sedikit menenangkan hatiku.
"sepertinya petugas layanan kamar laundry pak" ucap indah sambil menguyah makananya.
"ah iya, akhirnya kita bisa pakek baju juga, biar saya sambil kedepan" sambungku makanannya.
"ah iya, akhirnya kita bisa pake baju juga, biar saya sambil kedepan" sambungku kikuk sambil berjalan menuju pintu
Aku yang berdiri dibalik pintu yang kubuka setengah, merasa sedikit malu dengan keadaan ku sendiri. Setelah memberi tips, aku langsung menutup pintu dan berjalan kedalam.
Aku sungguh terkejut dengan apa yang kulihat sekarang, di depan mataku sendiri, Indah yang sedang duduk diujung kasur melepas handuknya, tubuh Indah yang tanpa sehelai benang pun menjadi pemandanganku satu-satunya saat ini, Kakiku berhenti melangkah, imajinasiku semakin liar, rasanya aku benar-benar ingin langsung berlari menyerangnya.
"Indah, kenapa handuknya dilepas gitu?" ucapku kaget selepas menelan Ludah mencoba menenangkan hatiku.
"Kenapa ? bapak gak suka?" ucapnya santai memprovokasi dan menyilangkan kaki jenjangnya yang terlihat mulus.
"bukan ngak suka, cuma...saya ini laki laki dewasa, dan kamu wanita dewasa juga bukankah kamu seperti sedang menggoda saya kalau seperti ini?" tegasku kikuk dan salah tingkah.
"Iya, aku memang sedang menggoda bapak, aku mau bapak melihat dan menyentuku" ucapnya tanpa ragu sambil memberikan senyum simpul menggoda "Kayaknya bukan cuma aku saja yang ingin, bagian tubuh bapak dibawah saja sepertinya sudah siap menyerang" provokasinya sekali lagi sambil tersenyum kecil dan mununjuk kearah selangkanganku.
Astaga! ujian apalagi ini? aku benar benar sampai pada batasku, tanpa banyak kata dan tanpa ragu aku segera berjalan mendekatinya, dengan h ati yang berdebar dan akal sehat yang lenyap akhirnya aku tenggelam dalam provokasinya, langsung kulumat bibirnya yang sedari tadi memprovokasiku dengan suara yang menggoda.
Sekarang bibir kami saling berpagutan dan bertukar saliva, kemudian kudorong tubuhnya berbaring di atas kasur, kusedot lidahnya sampai matanya terpejam kencang, nafasnya yang berpacu kencang terdengar mengiringi debar jantungku membuatku semakin bergairah, kuciumi pipi sampai kupingnya, kujilati kupingnya kemudian turun ke lehernya yang kini meregang keenakan.
"aahh" desahnya menikmati permainan lidahku, sambil menggigit bibir bawahnya menahan desahnya, Sekarang kuciumi buah dadanya sambil kuperas perlahan, kujilat putingnya yang sudah megeras tegang.
Tangannya yang lembut mengarahkan tanganku yang satunya untuk menyentuk miliknya yang sudah basah, sambil terus kuhisap putingnya, ku mainkan klitorisnya yang sudah tegang karena berhasrat dengan jari jariku. Ah miliknya terasa semakin basah, langsung kumasukan jari tengah dan telunjuknya masuk ke dalam lubang miliknya.
"aaahhh, enak pak, kocok yang kencang pak" desahnya semakin keenakan dan menutup matanya. kata-katanya membuatku semakin liar, ku gigit putingnya dan kukocok semakin cepat dua jariku di dalam milikinya.
Tubuhnya meregang semakin keenakan dan desahannya semakin kuar, suara basahnya miliknya yang kukocok memenuhi kamar, kulumat lagi bibir ranum Indah agar desahannya tidak terlalu kencang.
"Kamu dengan suara beceik milikmu yang sudah menahan hasrat padaku selama ini?" bisikku ditelinganya sambil kuhisap rakus telinganya.
"oohh aahhh aku becek banget pak karena aku udah sange banget tiap hari mikirin bapak, aaaahhh aaahhhh"
"panggil nama saya"
"Leo...aahhh aahhh"
"Kamu benar-benar seorang penggoda Indah" bisiku lagi.
"ooohhhh aaahhh Leo aku mau keluar ahhh owwhhh ahhhh hahhh leooo" teriaknya dengan desahannya yang semakin berat, tubuhnya bergetar diranjang dan cairan gairah pertamanya deras menyembur keluar, hanya dengan jari jariku saja.
Sekarang langsung kuarahkan batang penisku kemulutnya yang sudah terbuka sepanjang dia mendesah tadi, tak kusangka Lidahnya langsung menyambut penisku yang sudah tegang sedari tadi, dihisapnya langsung penisku dengan rakus seolah dia sedang menikmati permen lolipop yang dikulum didalam mulutnya.
Tangannya tidak henti mengocok pelan milikku mengimbangi gerakan mulutnya yang naik turun, sekali mata sayunya menatapku seolah berkata "aku sangat suka milikimu".
0 komentar:
Posting Komentar