Ada dua orang yang bersahabat yaitu Raisya dan Johan. Mereka telah bersahabat sejak jaman kuliah dulu. Sayangnya Raisya telah menikah dan dijodohkan oleh ortunya dengan anak dari teman ayahnya di kantor yaitu Nico. Padahal Raisya tak begitu menyukai meski Nico sudah mapan dan baik cuma karena memang tak ada rasa cinta sehingga Raisya tak pernah menikmati pernikahannya itu.
Makanya pernikahan mereka terasa hambar sampe-sampe saat Raisya melayani hasrat suaminya itu di kamar pun ia lakukan dengan tanpa rasa kepuasan dirinya. Raisya cuma menjalankan tugas sebagai istri saja. Raisya pun mencoba mencari pelampiasan kegundahannya itu dengan curhat kepada sang sahabat yaitu Johan. Mereka berdua sering bertemu di cafe favorit dekat kampus dulu saat mereka masih sama-sama di bangku kuliah.
Pertemuan Raisya dan Johan di kedai kopi favorit mereka berlangsung seperti biasa. Mereka duduk di sudut yang tenang, berbagi cerita dan tawa. Namun, belakangan ini, Raisya semakin sering mengungkapkan perasaannya kepada Johan, termasuk masalah privasi dalam hubungan suami istri dengan Nico.
Sambil mengela nafas Raisya berucap, "Johan, aku benar-benar merasa seperti dalam penjara. Pernikahan ini semakin membuatku terjebak."
Johan dengan wajah prihatin, "Raisya, apa yang terjadi? Kamu tahu aku selalu di sini untuk mendengarkanmu."
Sambil menatap secangkir kopi di hadapannya Raisya berkata, "Aku tahu, Johan. Dan itu yang membuatku merasa lebih baik, bisa berbicara denganmu."
Johan tersenyum, "Sahabat sejati selalu mendengarkan, Raisya."
Raisya melanjutkan, "Nico, dia adalah pria yang baik. Tapi aku tidak mencintainya, Johan. Orangtuaku menginginkan pernikahan ini, dan aku hanya menurutinya."
Johan mengangguk), "Aku mengerti bahwa kamu melakukannya untuk orangtuamu, tapi pernikahan tanpa cinta itu seperti penjara. Kamu harus bicara dengan Nico, Raisya. Jangan biarkan dirimu terjebak dalam perasaan yang tidak bahagia."
Raisya berbisik, "Johan, ini bukan satu-satunya masalah. Aku merasa seperti aku tidak pernah mendapatkan kepuasan saat kami berdua di kamar. Aku mencoba berbicara dengan Nico, tapi aku takut melukainya."
"Raisya, aku mengerti itu adalah masalah yang serius. Kamu perlu mencoba berbicara terbuka dengan Nico. Ini tentang kebahagiaanmu juga," ucap Johan dengan mimik prihatin.
Setelah itu percakapan mereka berlanjut malam harinya lewat aplikasi Whatsapp.
Raisya mengirim pesan, "Johan, bisakah kita bertemu lagi besok? Aku butuh seseorang untuk diajak berbicara."
Johan membalas pesan, "Tentu, Raisya. Aku akan di sana. Apa yang terjadi?"
"Aku hanya ingin berbicara denganmu tentang semuanya," balas Raisya lagi.
Johan mengirim pesan lagi, "Aku selalu di sini untukmu, Raisya."
Pertemuan berikutnya, Raisya merasa semakin nyaman berbicara dengan Johan tentang masalah yang ada dalam pernikahannya. Mereka bahkan membahas masalah yang sangat pribadi.
Waktu berlalu, dan Raisya terus merasa nyaman berbicara dengan Johan tentang semua masalah dalam pernikahannya. Pertemuan mereka di kedai kopi menjadi tempat di mana Raisya bisa membuka hatinya tanpa rasa takut atau malu. Johan selalu mendengarkan dengan sabar dan memberikan nasihat yang baik.
Johan menyeduh secangkir kopi, "Bagaimana perkembanganmu dengan Nico, Raisya?"
Raisya tersenyum getir, "Kami mencoba untuk lebih terbuka satu sama lain, Johan. Tapi aku masih merasa seperti ada tembok di antara kami. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan."
Johan membungkuk dekat, "Raisya, jangan pernah merasa sendirian dalam hal ini. Kamu akan menemukan jalan keluar bersama-sama, seperti yang selalu kita lakukan."
Raisya meraih tangan Johan, "Terima kasih, Johan. Kamu adalah sahabat terbaik yang bisa kumiliki."
Johan tersenyum, "Dan kamu juga sahabat terbaikku, Raisya."
Raisya dan Johan terus mendukung satu sama lain dalam perjalanan hidup masing-masing. Raisya tahu bahwa meskipun pernikahannya mungkin rumit, dia memiliki sahabat sejati yang selalu siap mendengarkan dan memberikan dukungan. Dan sementara Raisya mencari cara untuk mengatasi masalahnya, dia tahu bahwa Johan akan selalu ada di sisinya, memandanginya dengan mata penuh kasih dan kepercayaan, siap mendukungnya dalam setiap langkah yang dia ambil.
Pada suatu malam, Raisya menelpon lewat WA ke Johan ketika sang suami sedang menginap di rumah ortunya karena ada urusan persiapan pernikahan sodara dari keluarga Nico. Percakapan mereka pun semakin intim dan bahkan Johan mulai bertanya hal-hal yang sensitif ke Raisya dengan harapan Raisya bisa mendapatkan kepuasan dari chat mesra mereka malam itu.
"Sya, kamu biasanya melayani suami jam segini kan, heheh, maaf sekedar nanya!" ucap Johan seolah kepo banget dengan urusan ranjang Raisya.
"Hihih, koq tau aja sih Han?" balas Raisya sambil tertawa memencet tombol WA di ponselnya.
"Biasanya dia yang minta duluan ya, Sya?" tanya Johan lagi semakin berani
"Yaa...gitulah...kan laki-laki rata-rata begitu!" balas Raisya sambil senyum-senyum
"Trus, kalo malam ini dia gak pulang gimana tuh?"
"Gimana? Gimana maksudnya?" tanya Raisya yang masih menebak-nebak kemana arah pertanyaan Johan itu.
"Ya untuk kamu dapet kepuasan, Sya!" ujar Johan akhirnya terus terang.
"Hihi, kamu benar-benar mau tau ya?" balas Raisya sambil tertawa lagi di depan layar ponselnya.
"Iya Sya, kan aku jadi kepo banget setelah kamu sering curhat betapa kamu gak dapet kepuasan dari suamimu itu!" ujar Johan menjelaskan alasan kenapa ia bertanya tentang hal yang sensitif itu.
Tidak lama kemudian tiba-tiba ada pesan WA masuk ke Johan berupa gambar dan Johan terbelalak ketika membuka gambar yang dikirim Raisya ternyata adalah Penis Buatan yang cukup besar, panjang dan berurat.
"Hahhh...Serius, Sya?" tanya Johan setengah tak percaya
"Ya iyalah, aku kan gak dapet enak dari suami, ya aku cari kepuasan lewat bantuan alat ini aja, heheh!" balas Raisya dengan antusias.
"Emangnya enak Sya pake itu?" tanya Johan lagi semakin penasaran.
"Yahhhh...ini kan salah satu pelampiasanku! Terpenting bisa ada saluran! Meski...." Raisya tak menyelesaikan ucapannya.
"Meski apa Sya?"
"Meski gak seenak pake yang aslinya, hihih!" ucap Raisya lagi sambil tergelak di depan ponselnya.
"Emangnya punya suamimu kecil atau gimana?" tanya Johan semakin berani dan blak-blakan.
"Sedang sih, tapi kalo sudah tegang, efeknya gak lama, begitu masuk langsung selesai, Payah!" ucap Raisya kini dengan nada mulai sedih lagi.
"Yah ampun, kesian kamu ya Sya!" ucap Johan dengan suara terdengar sangat prihatin dengan nasib sahabatnya itu.
"Sayang banget yah, padahal bodimu aduhai banget!" ujar Johan lagi sambil menilai bentuk tubuh sahabatnya itu.
"Ehhh...Johan, kira-kira punyamu lebih besar dari punya suamiku atau alatku ini?" pertanyaan Raisya itu kali ini membikin Johan terkejut tapi Johan juga senang karena pancingannya ke Raisya mulai kena.
"Kamu mau liat?"
"Hihih, kalo kamu bersedia sih!"
"Bentar....!" balas Johan dan Raisya pun dengan berdebar menunggu kiriman gambar dari Johan.
0 komentar:
Posting Komentar