Cerita dewasa ini menceritakan tentang hubungan sex dengan teman lamaku yang cantik dan mempunyai tubuh mulus dan seksi yang bernama Lydia. Aku dan Lydia sudah lama sekali tak bertemu. Setelah sama-sama lepas dari pasangan masing-masing, keinginan bertemu besar sekali.
Mungkin karena banyaknya kecocokan kami dahulu, dari mulai curhat sampai ML yang boleh di bilang sudah sama-sama hapal kesukaan masing-masing. Pada suatu kesempatan di kantornya hari sabtu siang, Yang kebetulan juga ada perkerjaan yang harus di selesaikannya.
Meluncurlah aku kekantornya di sebuah building di jalan utama ibu kota. Karena hari itu hari sabtu, Praktis sebagian besar kantor tutup. Demikian juga di lantai tempat kantor Lydia, hanya kantornya yang buka, itupun sudah tidak ada karyawan piket karena memang cuma setengah hari.
Karenanya, Lydia sendiri yang membukakan pintu dan menyambutku dengan penuh semangat. Akupun demikian, wakalupun sempat terpana sebelumnya melihat dirinya yang semakin cantik, sensual dan sexy, apalagi dengan penampilannya siang itu yang mengenakan blazer merah, rok mini ketat dan sepatu tinggi hingga menampakkan kejejangan kakinya serta kemulusan kulitnya yang mulus.
Walaupun tubuhnya tetap tidak berubah, yaitu munggil dan ramping. "Aku selesai'in kerjaanku dulu ya, abis itu baru kita jalan...." Kata Lydia sambil mengajakku ke mejanya setelah kita ngobrol-ngobrol di ruang tamu. Lydia lalu duduk di kursinya sambil menyelesaikan pekerjaannya di komputernya.
"Aku pijetin yah..." kataku sambil berdiri di belakang kursinya berbarengan dengan mampirnya kedua tanganku di pundaknya untuk memijat. "Hmm..., enaknya..., udah lama ya kamu nggak mijet aku..., aku kangen sama tangamu..., katanya lagi sambil menggeliat manja.
"Kangen sama bibirku juga ngak?" bisikku kemudian yang kubarengi dengan ciumanku di kupingnya. Lydia langsung menggeliat, apalagi waktu kragg blousenya agak kusingkap dan cimuanku menjalar ke leher dan tengkuknya yang mulus.
Aroma tubuhnya yang alami kurasakan lagi setelah sekian lama tak berjumpa dengannya.
"Ssshhh..., Kamu ngak berubah yah...." Rintih Lydia kenikmatan samibl mematikan computernya. "Kaya'nya kita ngak perlu keluar dari sini deh..., sebentar ya, aku kunci dulu pintu depannya," katanya lagi. Agak lama Lydia mengunci pintu depan, dan waktu balik ke ruang kerjanya, mataku terbelalak melihat Lydia hanya tinggal mengenakan blazer merahnya yang terkancing seadanya tanpa apa-apa lagi di dalamnya.
Tanpa bicara, Lydia langsung menggandengku menuju ke ruang meeting kecil yang hanya berisi meja bulat dan beberapa kursi. "Aku kangen melihat tubuhmu" katanya lagi. Sementara aku buka pakaianku semua, Lidya mendekatiku dan tiba-tiba melumat bibirku yang langsung kusambat dengan meneroboskan lidahku dan menari-nari di dalam mulutnya sambil kadang-kadang mengulum lidahnya.
Bagitu aku bugil total, Lydia menyuruhku duduk di kursi meeting, sementara dia ambil posisi berdiri dihadapakanku sambil pelan-pelan membuka kancing blazernya dengan gaya erotis. Setelah itu, disingkapnya masing-masing ke samping sehingga muncullah pemandangan yang amat indah.
Buah dadanya yang ranum, bulat dan padat dengan pentilnya yang merah mudah itu nampak mencuat menantang, apalagi dengan tubuhnya yang makin basah oleh keringat sehingga kulitnya yang mulus makin berkilat. Belum lagi aku terkagum-kagum melihatnya, Lydia langsung duduk di pangkuanku dengan mengangkang pahanya bertumpu di pegangan tangan kursiku sehingga posisi buah dadanya tepat persis di mukaku.
"Udah lama kamu ngak menyantap susuku, ayo dong isep" Goda Lydia sambil meneruskan melepas blazernya dan menaruh kedua tangannya ke atas senderan kurisku dan menyodorkan dadanya hingga kepalaku terbenam di antara dua bukitnya yang kenyal itu.
Penisku mulai berdiri lagi dengan perlakuannya ini, apalagi aku bebas menghirup aroma tubuhna yang bercampur antara parfum dan keringatnya itu. Muncul ideku untuk bermain-main dulu dengan mencium lehernya yang jejang dan terus ke belakang telingannya.
Lydia menggeliat kegelian dan membuat hidung dan bibirku menjalar ke ketiaknya yang halus dan bersih itu, setelah sebelumnya menelusuri lengannnya yang lembut. Di situ kucium sepuas-puasnya dan kujilat-jilat seputar ketiaknya yang merupakan salah satu kesukaannyaa juga. Kegeliannya membuat kepala Lydia menegadah kebelakang sehingga buah dadanya siap dilumat dengan mulutku yang makin liar.
Kujilati mulai dari bawah buah dadanya, terus kesamping dan berlama-lama di seputar putingnya yang makin mengeras. Lydia yang ngak sabar, mendorong putingnya ke mulutku yang langsung kusumbat dengan jilatan panjang, gigitan kecil dan kemotan-kemotan halus di putingnya.
Tubuhnya makin menggelijang ketika tanganku juga beraksi mengusap-usap selangkangannya yang ternyata sudah basah dari tadi. jariku mulai menyusup ke vaginanya dan kugosok-gosok klentitnya. Tidak cuma itu,jari-jarikupun menerobos masuk ke vaginanya yang terbuka bebas dengan gerakan maju-mundur yang makin lama makin cepat, dan....
"Aagggh...sudah dong, sudah", Erang Lydia yang badannya mengejang sambil mendekap erat mukaku di bauah dadanya sampai aku sulit bernafas, sementara jariku merasakan hangatnya cairan dari vaginanya. Rupanya Lydia baru saja mencapai klikmaksnya dengan posisi kedua pahanya yang masih mengangkang dan masing-masing bertumpu pada sandaran tangan kursiku.
Tubuhnya lalu kuangkat dari kursi dan kurebahkan di meja bulat di depanku dengan posisi kedua kakinya, dari batas lutut menjuntai ke bawah, agar Lydia bisa beristirahat sebentar mengembalikan tenaganya. Sementara beristirahat, aku yang duduk kembali di kursi mengangkat kedua kakinya, melepas sepatu tingginya, dan menaruh di pangkuanku sambil kupijat lembut dari ujung kaki hingga betisnya.
Kupandang sejenak kakinya yang benar-benar mulus bersih dengan jari-jari kakinya yang rapi dan tanpa kutek itu serta betisnya yang ramping berisi. Lydia menikmati sekali pijatanku, bahkan waktu kugantikan tugas tangaku dengan bibirku yang menelusuri seluruh permukaan kulit kakinya.
"Aawh...sshh...geli sayang" Rintihnya lagi namun tetap pasrah menyerahkan kakinya untuk kuciumin dan kujilati dari mulai tumit, telapak kaki hingga jari-jari kakinya. Selain kumainkan lidahku, tak lupa kukemot satu persatu jari kakinya yang kutahu paling dia suka.
Lydia menikmati sekali permainanku ini sampai posisi kedua kakinya jadi tak beraturan karena menahang geli dan nikmat. Walaupun kedua kakinya masih kuciumin, pahanya mulai terbuka sedikit, sehingga satu tanganku bisa bebas menjamah kemulusan paha dan selangkangannya.
Puas dengan kakinya. Kulanjutkan ciumanku ke atas menelusuri betisnya yang indah, bagian dalam lutut, dan pahanya. Sempat kukecup-kecup lembut kedua pada dalamnya samibl tanganku terus menjelajah ke vaginannya. Lydia menggelinjang, tapi tanpa sadar malam memajukan duduknya ke pinggir meja dan kedua kakinya dikangkangkan ke masing-masing ujung meja, sehingga selangkangannya makin terbuka lebar membuatku makin bernafsu.
Tanpa tunggu lagi, kupindahkan mulutku ke vaginanya yang nampak basah, dan kedua tanganku menjamah buah dadanya di atas.
Jilatan-jilatan dan isepan-isepanku di vagina inilah yang paling disukai Lydia. Dari menyusuri bibir vaginya, Kuarahkan kemudian lidahku ke klitorisnya dan kumainkan dengan ujung lidahku hingga Lydia mengerang hebat.
Tak cuma itu, klitorisnya tak luput juga dari kuluman bibirku yang kebarangi dengan liukan yang makin liar. "Mas, kencengin lidahnya mas", Pinta Lydia sambil tangannya tiba-tiba menekan kepalaku lebih dalam. Aku tahu maksud Lydia yang minta lidahku dikerasin seolah penis dan ditarik maju-mundur ke liang vaginanya.
Lydia meronta-ronta, apalagi ketika klitorisnya kujilati berulang-ulang lalu kujulurkan lebih dalam menembus liang vaginanya bersamaan dengan makin cepatnya gerakan maju-mundur pinggul Lydia, dan "aghh"...aaghh!!" Tubuhnya melengkung dan mengejang.
Kepalanya direbahkan kebelakang dan kedua pahanya dirapatkan sehingga menjepit kepalaku yang masih berada di selangkangannya sambil tangannya terus menelan kencang. Tanpa istirahat lagi, dengan cepat aku berdiri dan kursi lalu mengangkat kedua kakinya tinggi ke atas dan kutumpangkan masing-masing di pundahkku, sehingga posisi penisku tepat berada di depan liang vaginanya yang persis berada di pinggir meja.
"Ooowh..." teriak Lydia begitu penisku yang tegak keras bak meriam masuk lurus ke liang vaginanya. Langsung kugerakkan maju-mundur pinggulku yang membuat Lydia menjerit-jerit kecil karena menahan geli, setelah mencapai klimaks sebelumnya. Pinggulnya diputar-putarkan mengimbangi gerakan penisku yang makin lama makin cepat bergerak maju-mundur.
Lydia makin pasrah waktu pergelangan kakinya kupegang dan kukangkangkan ke samping sambil terus menggenjot vaginanya. Baru sebentar Lydia tak tahan, dan lebih memilih melingkarkan kakinya ke pinggangku sambil terus menggoyang-goyang pinggulnya.
Kesempatan ini kupergunakan dengan merapatkan badanku ku tubuhnya yang indah itu, dan dengan tak henti menggenjot vaginya, bibir dan tanganku ikut bekerja. Tanganku meremas gundukan buah dadanya yang ranum, dan bibirku merajalela di wajah dan lehernya.
Penisku menghujam makin cepat ke liang vaginanya. Kedua tangan ku kemudian menahan kedua tangannya dan bibirku kuturunkan ke putingnya untuk kujilati dan kukemot habis-habisan..., sehingga" Aaagghhh..!!" Teriak Lydia dan aku hampir bersamaan. Kedua tubuh bugil kami sama-sama menegang.
Kedua kakinya kencang sekali menghimpit pinggangku, dan tangannya beralih menekan kepalaku ke buah dadanya. Kami sama-sama terdiam beberapa saat menikmati ledakan yang luar biasa. Keringat mengucur deras membasahi meja meeting itu walaupun AC terasa dingin. Kulepaskan tubuhku kemudian sambil memandangi tubuh Lydia yang indah mulus itu terlentang di atas meja.
Tampangnya yang sensual itu masih tersenyum kepuasan, dan membuatku gemas. Lalu aku mulai lagi menjelajahi seluruh lekuk liku tubuhnya dengan jilatan-jilatan nakal, Lydia cuma bisa menggelinjuang pasrah dan dengan manja berkata lagi," Coba deh kamu tiap hari ke kantorku.
0 komentar:
Posting Komentar